Di tengah komersialisme industri TV, program khusus anak Jalan Sesama (di Amerika berjudul Sesame Street) mencoba melawan arus. Inilah satu di antara sedikit acara berkualitas dengan modal besar, tapi tidak peduli rating dan sangat selektif menerima iklan. Sesame Street adalah acara anak-anak terpanjang di stasiun TV Amerika Serikat. Program yang dibidani Sesame Workshop, organisasi pendidikan nirlaba yang berpusat di New York, itu membawa misi edukasi dalam kemasan entertaint sejak November 1969. Target penontonnya adalah anak baru lahir sampai usia 12 tahun.
Sepanjang kiprahnya, program yang identik dengan tokoh boneka Elmo, Cookie Monster, Bert, Big Bird, dan lainnya itu telah meraih 122 penghargaan Emmy. Bukan hanya di Negeri Abang Sam, acara yang didukung United States Agency for International Development (USAID) itu juga fenomenal di 140 negara.
Dua dekade lalu, Sesame Street versi asli sudah masuk Indonesia dengan dialih suara alias dubbing. Mulai 2007, Indonesia dipercaya membuat versi lokal dengan nama Jalan Sesama dan tayang di Trans7. Pihak yang dipercaya menjadi ”koki” adalah rumah produksi Creative Indigo Production (CIP).
Pada 2007, Jalan Sesama mulai produksi. Mereka menyelesaikan syuting untuk 52 episode dalam jangka waktu 6 bulan. Itu cukup untuk memenuhi kebutuhan tayang selama setahun. Jalan Sesama akhirnya tayang perdana pada Februari 2008.
Setiap tahun, Jalan Sesama mengantongi tema besar. Pada tahun pertama, di bawah tema besar ada empat sub tema. Yakni literacy (pengenalan huruf dan angka), caracter building, kesadaran lingkungan, dan diversity. Pada tahun kedua, Jalan Sesama memperdalam pada tema caracter building, tentang penanaman moral dalam keluarga dan kehidupan bermasyarakat.
Kendala Jalan Sesama adalah sponsor. Sesuai kodratnya, seperti aturan main yang ditetapkan Sesame Workshop, tidak bisa terima iklan sembarangan. Mereka juga tidak bisa berharap sepenuhnya kepada stasiun TV yang menayangkan. Padahal, biaya produksi per tahun sangat besar karena dimulai dengan seminar, riset, dan syuting.
Iklan yang diterima Jalan Sesama adalah yang mendidik dan mendukung kesehatan anak. Susu formula saja tidak bisa diterima. Menurut mereka, susu formula itu tidak dianjurkan. Yang baik adalah ASI. Kemudian, makanan yang mengandung banyak gula, seperti permen, tidak boleh. Padahal, permen adalah untuk anak-anak juga.
Jalan Sesama juga tidak menjual programnya ke TV. Trans7 gratis mendapatkan program tersebut. Bandingkan dengan sinetron yang per episode berharga ratusan juta rupiah. Stasiun TV hanya diminta mencari sponsor yang sesuai dan keuntunganya dibagi bersama sesuai perhitungan.
Tokoh Baru Disesuaikan Kekhasan Karakter Indonesia
Khusus untuk Jalan Sesama di Indonesia, ada penambahan tokoh utama. Mereka adalah Tantan si orang utan bijaksana, Jabrik si bayi badak becula satu, Momon si monster kecil, dan Putri, seorang anak perempuan berkarakter ekstrovert.
Tokoh-tokoh itu, selain mewarnai program Jalan Sesama, diharapkan bisa membawa pesan penting dan masuk ke alam imajinasi anak-anak. Semua tokoh baru di Jalan Sesama disesuaikan dengan kekhasan dan karakter Indonesia. Sebelum diperkenalkan kepada masyarakat luas, tokoh boneka itu telah melewati masa percobaan kepada beberapa anak. Hasilnya positif.
Menurut Muhammad Zuhdi, setiap syuting selesai, terutama jika mengadopsi format dan tema baru, riset selalu dibutuhkan. Caranya adalah melibatkan anak-anak itu sendiri. Pihak Jalan Sesama mengundang 20-30 anak dengan usia sesuai target program acara tersebut. ”Lalu, kami putarkan tayangan kami sebentar di depan mereka. Tidak boleh ada intervensi dari orang tua. Pokoknya dibiarkan menonton. Nanti terserah apakah mereka mau kabur atau tinggal,” terang Zuhdi.
Jika kabur, itu pertanda bahwa acara tersebut kurang menarik. Karena itu, pihak Jalan Sesama akan memperbaiki acaranya. ”Kita mencari tahu, apa yang kurang, bagian mana yang harus ditambah. Pada setiap riset dan segala detail produksi, Jalan Sesama juga selalu berkoordinasi dengan kantor pusat di New York. Sebab, meski ada banyak perbedaan secara kultur, sisi skill dan moral tetap sama.”
Soal boneka para tokoh, semua adalah buatan Sesame Workshop dan masih menjadi hak milik mereka. Creative Indigo hanya diberi kepercayaan mengoperasikan. Cara perawatan dan pemakaian pun tak boleh sembarangan. Cara mengoprasikan berbeda dengan badut. Para puppetier (sebutan untuk pemain boneka) tidak masuk ke boneka itu, tapi dimainkan dengan kepiawaian tangan. Pada saat bersamaan, mereka juga berdialog untuk mengisi suara boneka itu
Kamis, 15 April 2010
Jalan Sesama Alias Sesame Street
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar